Rabu, 25 September 2013

Sintang



Sintang adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Barat. Terpencil memang menurutku. Tapi cukup nyaman untuk di tinggali. Di kota inilah pertama aku bekerja. Klaten ke Sintang sendirian tak pernah terbayangkan. Tapi aku bisa. Hidup di sana selama kurang lebih empat bulan. Di salah satu ruko di samping Lapter di Jalan MT. Haryono Sintang, hingga pindah lagi ke Jalan Oevang Oeray, Baning selama satu bulanan. Entah apa yang membuatku betah di sini. Di sini begitu beda dengan di Klaten. Makanan pun tak seenak di rumah sendiri. Air untuk mandi pun hanya diambil dari sungai-sungai besar yang disaring oleh PAM. Bahkan untuk mandi pun aku tak mau sebenarnya. Kotor. Tetangga bahkan tak ada. Tapi aku kadang merasa tak ingin kembali ke Jawa. Suasana yang sepi, seperti di hutan. Tapi begitu nyaman. Rumah dengan lantai kayu-kayu kuat khas Kalimantan. Kita tak akan kedinginan saat musim hujan. Siaran TV juga tak ada kalau kita tak memakai parabola. Benar-benar terpencil. Tak akan ku temukan lagi situasi ini di manapun.
Walau di sana cukup lama, tapi aku baru tau wisata Bukit Kelam. Dari kota Sintang kurang lebih satu jam perjalanan dengan motor. Tapi sayang saya tak ada fotonya. Sedih. Jalan yang dilewati menyenangkan. Melewati hutan-hutan. Jalan berlubang. Jalan naik turun. Tapi semua terbayar saat kita sudah sampai. Di air terjunya. Pemandangan indah. Dengan air yang bening yang tak akan kita lihat di kota. Cukup lelah memang untuk naik ke air terjun.
Aku juga mengunjungi kerajaan Sintang, walau tak bisa masuk dan hanya di luar. Tapi itu cukup bagiku. Kerajaan Sintang terletak di depan Sungai besar. Tapi aku tak tau apa nama sungai itu.
Tempat yang masih ku ingat tentang Sintang ada Tugu BI, Pasar Durian, Intan Mart tempat belanja ku, Stadion Baning, makanannya buah Langsap seperti duku tapi lebih manis dan lebih besar. Biasa  dijual di pinggir-pinggir jalan. Buah durian yang murah dijual mulai lima ribu rupiah sampai sepuluh ribu rupiah saja. Aku juga suka makan di Transito. Itu salah satu tempat makan yang ada di gang Transito. Masakan orang Jawa. Makan nasi padang di Pasar Durian. Dekat sungai itu. Ditraktir bos makan KweTiaw di pasar durian juga. Asli orang Cina yang bikin. Gado-gado yang jualan ibu-ibu dari Ngawi. Gado-gado di Baning yang jualan orang Ngapak. Ada juga penjual Pecel lele dari Klaten yang ngakunya Solo. Ada juga yang jualan pecel ayam saat sore, yang ternyata orang Karangdowo Klaten. Pisang goreng sirsak yang di Baning, itu enak sekali. Oh, iya, aku juga suka beli molen mini  di sana. Aku suka makan rotinya dan kubuang pisangnya. Setiap kali mau cari makan, selalu dengan semboyan “Berburu masakan orang Jawa”. Rasanya senang saat diperantauan bertemu orang Jawa.
Berharap suatu hari nanti bisa ke sana lagi. Hopefull.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar