Sintang adalah salah
satu kabupaten di Kalimantan Barat. Terpencil memang menurutku. Tapi cukup
nyaman untuk di tinggali. Di kota inilah pertama aku bekerja. Klaten ke Sintang
sendirian tak pernah terbayangkan. Tapi aku bisa. Hidup di sana selama kurang
lebih empat bulan. Di salah satu ruko di samping Lapter di Jalan MT. Haryono
Sintang, hingga pindah lagi ke Jalan Oevang Oeray, Baning selama satu bulanan. Entah
apa yang membuatku betah di sini. Di sini begitu beda dengan di Klaten. Makanan
pun tak seenak di rumah sendiri. Air untuk mandi pun hanya diambil dari
sungai-sungai besar yang disaring oleh PAM. Bahkan untuk mandi pun aku tak mau
sebenarnya. Kotor. Tetangga bahkan tak ada. Tapi aku kadang merasa tak ingin
kembali ke Jawa. Suasana yang sepi, seperti di hutan. Tapi begitu nyaman. Rumah
dengan lantai kayu-kayu kuat khas Kalimantan. Kita tak akan kedinginan saat
musim hujan. Siaran TV juga tak ada kalau kita tak memakai parabola. Benar-benar
terpencil. Tak akan ku temukan lagi situasi ini di manapun.
Walau di sana cukup
lama, tapi aku baru tau wisata Bukit Kelam. Dari kota Sintang kurang lebih satu
jam perjalanan dengan motor. Tapi sayang saya tak ada fotonya. Sedih. Jalan
yang dilewati menyenangkan. Melewati hutan-hutan. Jalan berlubang. Jalan naik
turun. Tapi semua terbayar saat kita sudah sampai. Di air terjunya. Pemandangan
indah. Dengan air yang bening yang tak akan kita lihat di kota. Cukup lelah
memang untuk naik ke air terjun.
Aku juga mengunjungi
kerajaan Sintang, walau tak bisa masuk dan hanya di luar. Tapi itu cukup
bagiku. Kerajaan Sintang terletak di depan Sungai besar. Tapi aku tak tau apa
nama sungai itu.
Tempat yang masih ku
ingat tentang Sintang ada Tugu BI, Pasar Durian, Intan Mart tempat belanja ku, Stadion
Baning, makanannya buah Langsap seperti duku tapi lebih manis dan lebih besar.
Biasa dijual di pinggir-pinggir jalan.
Buah durian yang murah dijual mulai lima ribu rupiah sampai sepuluh ribu rupiah
saja. Aku juga suka makan di Transito. Itu salah satu tempat makan yang ada di
gang Transito. Masakan orang Jawa. Makan nasi padang di Pasar Durian. Dekat
sungai itu. Ditraktir bos makan KweTiaw di pasar durian juga. Asli orang Cina
yang bikin. Gado-gado yang jualan ibu-ibu dari Ngawi. Gado-gado di Baning yang
jualan orang Ngapak. Ada juga penjual Pecel lele dari Klaten yang ngakunya
Solo. Ada juga yang jualan pecel ayam saat sore, yang ternyata orang Karangdowo
Klaten. Pisang goreng sirsak yang di Baning, itu enak sekali. Oh, iya, aku juga
suka beli molen mini di sana. Aku suka
makan rotinya dan kubuang pisangnya. Setiap kali mau cari makan, selalu dengan
semboyan “Berburu masakan orang Jawa”. Rasanya senang saat diperantauan bertemu
orang Jawa.
Berharap suatu hari
nanti bisa ke sana lagi. Hopefull.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar