Mba Ari, Evy, Mba Istonik, Mba Yuni |
Kalian
tau apa yang terkenal di Probolinggo, Jawa Timur??? Yap, Gunung Bromo. Setelah
satu bulan di Lumajang rasanya tak lengkap kalau tak mengunjungi Gunung Bromo
di Probolinggo ini.
Sabtu
sore aku mulai berkemas. Dari terminal Menak Koncar Lumajang cukup naik bus
jurusan Malang atau Surabaya. Kemudian turun di Terminal Banyu Angga
Probolinggo. Satu jam perjalanan Lumajang ke Probolinggo. Belum termasuk ke
kota. Tempat temanku berada. Mba Istonik namanya. Dia asli Kediri. Kerja satu PT
dengan ku. Beda cabang. Walau belum pernah ketemu sebelumnya. Dan hanya
beberapa kali ngobrol lewat telpon. Entah kenapa dia juga baik padaku. Mungkin
karena kasihan dengan ku. Atau memang dia baik. Entah lah.
Sampai
di terminal aku telpon mba Istonik, sedikit bingung. Persis seperti anak hilang
di terminal rasanya. Beberapa menit
kemudian akhirnya kita bertemu. Dari terminal ke kost mba Istonik kurang lebih
sepuluh menit dengan naik motor.
Sampai
di kost, mba Istonik kembali keluar kost. Dia akan menjemput mba Yuni dari
Situbondo. Mba Yuni asli Jogja. Dia juga akan ke Bromo dengan kita.
Untuk
pertama kalinya kita bertemu sore itu. Kita makan baso sambil ngobrol tentang
kerjaan, sharing tentang banyak hal. Walau aku merasa asing dengan mereka. Tapi
mereka asyik. Selesai makan baso kita pulang ke kost. Mba Yuni dan aku tidur di
kamar mba Istonik. Sedangkan mba Istonik tidur di kamar lain.
Minggu
pagi, kita diajak mba Istonik ke Pasar Pagi di alun-alun Probolinggo.
Jalan-jalan di alun-alun sambil lihat orang jogging, orang jualan, dan orang
lewat kita juga perhatikan. Oh, ya… aku masih ingat, pagi itu kita beli sarapan
Lontong Balap. Katannya dulu kalau makan lontong itu harus cepat-cepat, karena
banyak pembeli. Makan seperti dikejar-kejar. Makanya namanya Lontong Balap.
Aneh juga sih, lontong pake sayur, biasanya lontong itu pake Sate. Kita kembali
setelah selesai sarapan.
Depan Pura Gunung Bromo |
Dari
kost mba Istonik kita naik angkot ke terminal Probolinggo. Di terminal
kita juga sudah bikin janji sama mba
Ayyi alias mba Ari. Dia dari Pasuruan. Tapi dia aslinya Klaten. Sama dengan
aku. Kita ketemu mba Ari setelah di telpon bekali-kali.
Dari
terminal kita naik “Taxi Executive” menuju Bromo. Tak mudah mencari kendaraan
yang menuju Bromo. Kita harus menunggu mobil itu penuh. Kalau tidak, kita harus
carter mobil itu. Beberapa menit
menunggu ada dua orang turis yang akan ke Bromo juga. Setelah menunggu
berjam-jam dan tak ada penumpang lain. Akhirnya kita berangkat berenam. Satu
mobil disewa dengan harga tiga ratus ribuan untuk pulang pergi. Dari terminal
ke Bromo ditempuh selama satu jam kurang.
Puncak Gunung Bromo |
Sampai
di pintu masuk Bromo kita harus naik mobil Jep untuk ke gunungnya. Dua ratus
ribu lebih harus kita bayar untuk Jep itu. Kita juga bisa naik ojeg sebenarnya.
Karena kita berenam, maka kita lebih memilih Jep. Cuaca juga tidak mendukung
saat itu. Takut kena hujan. Mungkin karena kita bareng bule. Jadi dikasih harga
“special”. Setelah membeli tiket masuk kita lanjutkan perjalanan. Untuk
wisatawan local kita cukup bayar enam ribu rupiah saja. Untuk turis manca,
meraka harus membayar dua puluh lima ribu rupiah.
Dari
tempat parkir Jep di depan pure, kita masih harus jalan kaki menuju puncak
gemilang cahaya. #halah. Ada penyewaan kuda untuk naik ke atas. Sekalai lagi,
karena kita bareng bule maka kita dikasih harga sewa kuda sangat “special”.
Dari yang biasanya sepuluh ribu, mereka minta seratus ribu sekali naik ke
puncak. Akhirnya kita putuskan untuk jalan kaki saja. Toh bule itu juga pada
jalan kaki. Lebih seru mungkin.
Belum
ada setengah jalan sudah terkuras semua tenaga. Walau di tengah jalan masih
banyak bujukan naik kuda, kita tetap semangat takhukkan Bromo. Bahkan saat baru
mulai menapaki tangga itu. Kedua bule itu sudah mulai turun. Kita saja belum
sampai ke puncak. Apa mungkin kaki mereka bertenaga baterai? Apapun itu, kita
salut sama mereka.
Setelah
sampai di pucak kita tak lupa foto-foto. Kedinginan sudah pasti. Udara di sana
kurasa sama dengan di dalam kulkas di rumahku. Kita turun saat gerimis mulai
menitik di mukaku.
Gunung Batok katanya |
Padang Pasir |
Sampai
di parkiran kita foto lagi dengan kuda itu. Dapet kaos Bromo gratis dari mba
Ari. Katanya sih baru dapet bonus.
Kita
kembali ke terminal Probolinggo. Sebelum akhirnya berpisah dengan teman-teman
baruku. And Mrs. Jane and her Husband yang tak bisa kueja namanya. Mr. Teth,
Mr. Ted, entah gimana mengejanya. They are from Melbouren, Australia. Always
remember. Thank’s for a nice trip.
Bareng Turis Australia di Terminal Probolinggo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar